Jangan Serupa dengan Dunia Ini: Menemukan Kehendak Allah Sungguh-Sungguh-Roma 12:2

jangan serupa dengan dunia ini
Jangan Serupa dengan Dunia Ini: Rahasia Hidup yang Berkenan

Di zaman sekarang, rasanya “wajar” kalau kita ikut apa kata dunia.
Standar sukses, cantik, tampan, bahagia, semua seperti sudah diatur oleh tren.
Tanpa sadar, kita capek berusaha menyesuaikan diri dengan standar itu.
Di tengah lelah itu, Tuhan berbisik lembut: jangan serupa dengan dunia ini.
Bukan untuk membuat hidup kita sempit, tapi supaya kita sungguh mengalami hidup yang merdeka.

Ayat Kunci

Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Roma 12:2

Cerita Pendek: Godaan “Standar Dunia” di Dalam Keluarga

Bayangkan sebuah keluarga muda: suami, istri, dan satu anak kecil.
Sebut saja mereka Andi dan Rina. Keduanya bekerja, dan cukup aktif di gereja.
Di awal pernikahan, mereka tidak terlalu memikirkan “gaya hidup”.
Yang penting cukup, bisa menabung sedikit, dan punya waktu untuk keluarga.

Pelan-pelan, teman-teman mereka mulai membeli rumah lebih besar, mobil lebih baru, dan liburan ke banyak tempat.
Media sosial penuh dengan foto-foto liburan, kado branded, dan pesta ulang tahun mewah untuk anak.
Awalnya, Andi dan Rina hanya melihat lalu tersenyum.
Namun lama-lama, muncul suara kecil di hati: “Kenapa keluarga kita tidak seperti itu?”

Mereka mulai menambah jam kerja, mengambil lembur sebanyak mungkin.
Puluhan kali, waktu bermain dengan anak dikorbankan.
Makan malam keluarga berubah menjadi masing-masing menatap layar ponsel.
Doa bersama yang dulu hangat, menjadi semakin jarang.

Suatu malam, setelah bertengkar kecil soal biaya dan rencana membeli barang baru, rumah tiba-tiba terasa sangat sepi.
Andi duduk di ruang tamu, membuka Alkitab yang sudah beberapa hari tidak disentuh.
Matanya jatuh pada satu ayat: Roma 12:2.
Saat itu, ia merasa seperti ditegur lembut: selama ini ia lebih sibuk mengejar “standar dunia” daripada mencari kehendak Allah bagi keluarganya.

Rina kemudian bergabung, duduk di sampingnya.
Dengan mata yang mulai berkaca-kaca, mereka saling jujur:
“Kita capek ya… kita sibuk mengejar apa yang orang lain bilang penting.”
Malam itu bukan malam yang spektakuler.
Tidak ada musik rohani mengalun, tidak ada suasana dramatis.
Hanya dua orang yang lelah, yang pelan-pelan berkata, “Tuhan, kami mau mulai lagi. Ajari kami pembaharuan budi.”
Saya hanya seorang hamba yang diminta melangkah, tapi saya percaya, di titik seperti inilah Tuhan sering kali mulai bekerja.

Inti Kebenaran Firman: Dipanggil untuk Berbeda, Bukan Asal Beda
jangan serupa dengan dunia ini
jangan serupa dengan dunia ini

Roma 12:2 mengingatkan kita bahwa hidup orang percaya tidak dipanggil untuk sekadar “ikut arus”.
Ada tiga hal penting yang bisa kita renungkan dari ayat ini, terutama tentang jangan serupa dengan dunia ini dan pembaharuan budi.

“Janganlah Kamu Menjadi Serupa dengan Dunia Ini”

Larangan ini bukan sekadar soal pakaian, musik, atau hobi tertentu.
Ini menyentuh pola pikir, nilai, dan cara kita mengambil keputusan.

Dunia berkata:

  • Yang penting nyaman dan menguntungkan diriku.
  • Kalau semua orang melakukannya, berarti wajar.
  • Gengsi dan citra lebih penting daripada kejujuran dan kesetiaan.

Firman Tuhan berkata berbeda:

  • Yang utama adalah kehendak Allah, bukan sekadar keinginanku.
  • Kebenaran tidak berubah hanya karena banyak orang mengabaikannya.
  • Integritas lebih berharga daripada tepuk tangan manusia.

Jadi, jangan serupa dengan dunia ini bukan berarti kita harus alergi dengan teknologi, tren, atau hal-hal baru.
Artinya, kita tidak membiarkan dunia yang mendikte nilai dan arah hidup kita.

“Berubahlah oleh Pembaharuan Budimu”

Perubahan hidup orang percaya dimulai dari dalam, bukan dari luar.
Pembaharuan budi artinya cara kita berpikir diperbarui oleh kebenaran Tuhan, dari hari ke hari.

Beberapa tanda pembaharuan budi dalam keseharian:

  • Saat mengambil keputusan, kita mulai bertanya, “Apa yang Tuhan mau?” bukan hanya “Apa yang aku mau?”
  • Kita lebih peka ketika hati mulai mengeras, iri, atau haus pengakuan.
  • Kita tidak cepat menelan mentah-mentah nilai dunia, tetapi menimbang dengan firman Tuhan.

Pembaharuan budi tidak terjadi sekali jadi, seperti menyalakan saklar.
Ia lebih mirip proses bertumbuhnya sebuah pohon: pelan, konsisten, sering kali tidak terlihat dari hari ke hari, tapi nyata dari tahun ke tahun.

“Sehingga Kamu Dapat Membedakan Kehendak Allah”

Tujuan akhirnya jelas: kita bisa membedakan manakah kehendak Allah.
Bukan sekadar tahu mana yang “boleh” dan “tidak boleh”, tapi peka mana yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna di mata-Nya.

Dalam keluarga, ini bisa tampak seperti:

  • Menolak tambahan penghasilan yang jelas-jelas tidak jujur, meski kebutuhan sedang banyak.
  • Memilih meluangkan waktu untuk mendengar pasangan dan anak, meski pekerjaan menuntut lebih.
  • Mengambil langkah kecil memperbaiki hubungan, daripada terus menyalahkan masa lalu.

Ketika kita belajar berkata “ya” pada kehendak Allah, kita mungkin terlihat “aneh” di mata sebagian orang.
Namun, di hadapan Tuhan, itulah hidup yang berkenan dan penuh damai sejahtera.

Aplikasi Praktis: Langkah Kecil yang Bisa Dimulai Hari Ini

Mari kita tidak berhenti di rasa tersentuh.
Berikut beberapa langkah konkret untuk hidup tidak serupa dengan dunia ini dan mengalami pembaharuan budi dalam kehidupan keluarga.

Audit Nilai dalam Keluarga

Luangkan waktu singkat, mungkin malam ini atau akhir pekan.
Duduklah bersama pasangan, atau jika belum menikah, lakukan secara pribadi.

Tanyakan dengan jujur:

  • Hal apa yang diam-diam paling sering kami kejar akhir-akhir ini?
  • Apakah kami lebih takut mengecewakan orang lain daripada mengecewakan Tuhan?
  • Dalam mengambil keputusan, mana yang lebih dominan: nilai firman atau tekanan lingkungan?

Tidak perlu langsung punya semua jawaban.
Yang penting, kita mau jujur di hadapan Tuhan dan satu sama lain.

pembaharuan budi
pembaharuan budi
Mulai Kebiasaan Kecil Pembaharuan Budi

Pembaharuan budi membutuhkan “asupan” yang benar.
Beberapa langkah sederhana:

  1. Sediakan waktu singkat membaca firman setiap hari.
    Tidak perlu langsung satu pasal panjang.
    Lebih baik sedikit tapi konsisten, daripada banyak tapi jarang.
  2. Renungkan satu kalimat firman sepanjang hari.
    Misalnya hari ini: “Tuhan, ajari aku jangan serupa dengan dunia ini.”
    Ulangi dalam hati saat bekerja, mengurus anak, atau sedang di perjalanan.
  3. Batasi hal-hal yang mengganggu hati.
    Jika media sosial membuat kita terus membandingkan hidup, mungkin perlu dikurangi.
    Bukan karena itu jahat, tetapi karena kita ingin memberi ruang lebih banyak bagi suara Tuhan.
Latih Peka pada Kehendak Allah dalam Keputusan Kecil

Sering kali kita menunggu momen besar untuk mencari kehendak Allah.
Padahal kepekaan itu dilatih dari keputusan-keputusan kecil setiap hari.

Cobalah mulai dari hal-hal seperti:

  • Saat lelah, apakah saya langsung melampiaskan emosi, atau berhenti sebentar dan berdoa singkat?
  • Ketika pasangan atau anak melakukan kesalahan, apakah saya memilih marah dulu atau mendengar dulu?
  • Dalam mengatur keuangan, apakah saya memberi ruang untuk memberi, atau semua habis untuk keinginan pribadi?

Setiap kali kita memilih taat di hal kecil, pembaharuan budi sedang bekerja.
Perlahan, kita akan lebih mudah membedakan mana yang benar di hadapan Tuhan.

Doa Singkat

Tuhan, terima kasih untuk firman-Mu hari ini.
Engkau mengingatkanku untuk jangan serupa dengan dunia ini, tetapi mengalami pembaharuan budi.
Tolong aku dan keluargaku untuk belajar melihat segala sesuatu dengan kacamata-Mu, bukan sekadar dari tekanan sekitar.
Ajari kami membedakan kehendak-Mu yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna, hari demi hari. Amin.

Pertanyaan Refleksi

Baca Lagi : renungan pengharapan kristen

  1. Di bagian mana dalam hidup atau keluargaku, aku paling mudah mengikuti standar dunia tanpa sadar?
  2. Satu langkah kecil apa yang bisa aku lakukan minggu ini untuk melatih pembaharuan budi, supaya lebih peka pada kehendak Allah?
Penutup

Kunjungi : Kaos Rohani Kristen

Perjalanan untuk tidak serupa dengan dunia ini bukan perjalanan yang instan.
Kita akan jatuh bangun, kadang maju, kadang mundur.
Namun, Tuhan sabar menyertai setiap proses, selama kita mau terus dibaharui dari dalam.

Jika renungan ini mengingatkanmu tentang seseorang yang sedang berjuang menyesuaikan diri dengan standar dunia, jangan ragu untuk membagikannya.
Simpan renungan ini, baca ulang ketika hati mulai lelah, dan kirimkan kepada minimal satu orang yang kamu kasihi hari ini.
Siapa tahu, melalui langkah kecil itu, Tuhan mulai mengerjakan pembaharuan budi yang baru dalam hidup mereka juga.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top