Mengasihi Allah Nyata Saat Kita Mengasihi Sesama Benar
Kadang kita merasa hubungan dengan Tuhan baik-baik saja, tapi hati masih panas pada orang lain.
Kita ikut ibadah, menyanyi, berdoa, mengaku mengasihi Allah, namun di rumah sulit tersenyum pada saudara.
Di gereja kita ramah, di keluarga kita mudah marah.
Konflik kecil dibiarkan mengendap, sampai jarak makin lebar dan suasana makin dingin.
Ayat hari ini menolong kita melihat, seberapa sungguh kita mengasihi sesama dan mengasihi Allah dengan jujur.
Ayat Kunci
Jikalau seorang berkata: ”Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.
1 Yohanes,4:20
Cerita Pendek: Kakak Adik di Meja Makan
Bayangkan seorang kakak dan adik yang dulu sangat dekat.
Mereka sering tertawa bersama, saling bercerita, dan berbagi camilan di depan televisi.
Namun suatu hari, ada kata-kata yang menyakitkan terucap.
Adik merasa diremehkan, kakak merasa tidak dihargai.
Tidak ada yang mau mengalah, tidak ada yang mau meminta maaf duluan.
Sejak itu, suasana di rumah berubah.
Di meja makan mereka duduk berseberangan, tapi hampir tidak saling bicara.
Ketika orang tua bertanya, mereka menjawab seperlunya saja.
Di depan keluarga besar, mereka masih terlihat kompak, tetapi di kamar masing-masing hati mereka penuh ganjalan.
Padahal setiap malam, keduanya berdoa, “Tuhan, aku mengasihi Engkau.”
Situasi seperti ini sangat dekat dengan banyak keluarga.
Bukan hanya kakak adik, tapi juga suami istri, orang tua dan anak, atau saudara lain.
Kita mengaku mengasihi Tuhan, tetapi hubungan dengan orang terdekat retak dan dibiarkan begitu saja.
Ayat 1 Yohanes,4:20 datang seperti cermin yang jujur, menyingkap isi hati kita.
Inti Kebenaran Firman: Mengasihi Allah Nyata Lewat Mengasihi Sesama
Pesan utama ayat ini sederhana namun sangat tegas: kasih kepada Allah tidak bisa dipisahkan dari kasih kepada sesama.
Kasih bukan hanya urusan perasaan rohani, tetapi juga sikap nyata terhadap orang yang “kita lihat” setiap hari.
Saya hanya seorang hamba yang diminta melangkah, namun Firman ini menegur juga hati saya sendiri.
Kasih kepada Allah selalu bergerak menuju orang lain
Firman berkata bahwa orang yang tidak mengasihi saudaranya “yang dilihatnya” tidak mungkin mengasihi Allah “yang tidak dilihatnya”.
Artinya, kasih kepada Allah yang tidak kelihatan akan selalu “mencari jalan keluar” lewat tindakan kepada orang yang kelihatan.
Kalau kita sungguh mengasihi Tuhan, seharusnya ada tanda di cara kita berbicara, merespons, dan memperlakukan orang lain.
Kasih kepada Allah bukan hanya air mata di dalam doa, tetapi juga kesabaran saat mengantre di rumah sakit.
Bukan hanya tangan terangkat saat bernyanyi, tetapi juga kesediaan mendengar keluh kesah saudara tanpa menghakimi.
Bukan hanya kata “Haleluya”, tetapi juga keberanian berkata, “Aku minta maaf duluan ya.”
Membenci saudara berarti kita sedang tidak jujur pada diri sendiri
Ayat ini memakai kata yang cukup keras: “pendusta”.
Itu bukan berarti Tuhan langsung menolak kita, tetapi Ia sedang membongkar ketidakkonsistenan dalam hati.
Kita mungkin berkata, “Aku mengasihi Allah”, tapi pada saat yang sama memelihara kebencian pada saudara.
Firman mengingatkan, ada sesuatu yang salah di sana.
Kebencian sering tumbuh dari luka yang kita simpan lama sekali.
Kita merasa diperlakukan tidak adil, dianggap remeh, dibanding-bandingkan, atau tidak dipahami.
Luka itu nyata, dan Tuhan tidak mengabaikannya.
Namun ketika kita memilih membenci, bukan lagi luka yang memegang kita, tetapi kebencian yang menguasai.
Saat itu terjadi, kita mulai susah bersukacita ketika saudara kita diberkati.
Kita menunggu-nunggu saat ia jatuh, supaya diam-diam merasa “puas”.
Doa kita mungkin tetap panjang, tetapi hati kita mengeras.
Di titik inilah Firman memanggil kita untuk jujur, bukan untuk malu, melainkan untuk dipulihkan.
Kasih adalah keputusan, bukan hanya perasaan hangat
Ada hari-hari di mana kita sama sekali tidak “merasa” ingin mengasihi.
Kita capek, kecewa, atau terlalu penuh dengan urusan sendiri.
Namun kasih dalam Alkitab tidak berhenti di perasaan.
Kasih adalah keputusan yang diikuti tindakan, sering kali melawan ego dan harga diri.
Mengasihi saudara tidak selalu berarti langsung akrab seperti dulu.
Kadang artinya berani memulai percakapan kecil, meski canggung.
Kadang artinya memilih tidak membalas kata-kata pedas dengan kata-kata yang lebih tajam.
Kadang juga berarti mencari waktu yang tepat untuk berkata, “Aku mau hubungan kita dipulihkan.”
Kasih seperti ini tidak selalu nyaman, tetapi di situlah iman kita diuji.
Bukan di ruang ibadah saja, melainkan di dapur, di ruang keluarga, di grup keluarga, atau di kamar yang pintunya sering tertutup.
Aplikasi Praktis: Melangkah dalam Kasih Hari Ini
Firman Tuhan bukan hanya untuk dipahami, tetapi juga dijalani.
Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa kita mulai hari ini, di tengah keluarga atau relasi terdekat.
Sebut nama saudara dalam doa dan minta hati yang lembut
Sebelum membahas masalah, mulailah di hadapan Tuhan.
Luangkan beberapa menit untuk menyebut nama saudara yang mungkin sedang sulit kita hadapi.
Jujurlah di hadapan Tuhan tentang luka dan kecewa kita.
Lalu minta satu hal saja: hati yang lembut dan mata yang melihat saudara seperti Tuhan melihatnya.
Doa seperti ini mungkin tidak langsung mengubah situasi.
Namun perlahan, doa mengubah cara kita memandang.
Kita mulai ingat bahwa saudara kita juga manusia yang rapuh, sama seperti kita.
Dari situ, langkah berikutnya akan terasa sedikit lebih ringan.
Ambil satu langkah kecil rekonsiliasi yang konkret
Tidak perlu menunggu momen “sempurna” atau suasana yang sangat rohani.
Mulailah dengan langkah kecil dan nyata. Misalnya:
- Mengirim pesan singkat menanyakan kabarnya dengan tulus.
- Mengajak ngobrol hal sederhana, seperti makanan, anak, atau kegiatan harian.
- Menawarkan bantuan kecil yang kita tahu ia butuhkan.
Mungkin responsnya belum hangat, atau bahkan kaku.
Jangan langsung mundur dan berkata, “Sudah, percuma.”
Kasih sering kali butuh waktu untuk menembus tembok yang sudah lama dibangun.
Yang penting, kita melangkah taat, bukan menunggu kondisi sempurna.
Jaga kata-kata dan sikap di depan orang lain
Baca Lagi : renungan keluarga kristen
Salah satu ujian kasih yang berat adalah cara kita berbicara tentang saudara di depan orang lain.
Kadang kita tidak berani marah langsung, tetapi kita lega saat bisa bercerita jelek tentang dia kepada orang lain.
Padahal, setiap kali kita melakukannya, luka itu makin sulit disembuhkan.
Mulai hari ini, kita bisa membuat satu komitmen sederhana:
Kalau belum bisa memuji, setidaknya jangan menjelekkan.
Kalau ingin bercerita, fokus pada perasaan kita, bukan menyerang karakter saudara.
Dan bila kita terpancing untuk bergosip, minta Tuhan mengingatkan untuk diam dan berdoa.
Doa Singkat
Tuhan, Engkau mengenal isi hati kami lebih dari siapa pun.
Engkau tahu luka, kecewa, dan marah yang sering kami simpan terhadap saudara kami.
Ajari kami mengasihi bukan hanya dengan kata-kata kepada-Mu, tetapi juga lewat sikap kepada mereka.
Lembutkan hati kami, supaya berani melangkah dalam rekonsiliasi dan kasih yang nyata. Amin.
Pertanyaan Refleksi
Kunjungi : Kaos Rohani Kristen
- Apakah ada satu orang saudara yang sampai hari ini masih sulit saya lihat dengan hati yang lapang? Mengapa?
- Satu langkah kecil apa yang bisa saya lakukan dalam 24 jam ke depan untuk menunjukkan kasih, meski sederhana?
Penutup, “Melangkah Bersama dalam Kasih”
Kasih bukan cerita manis di kartu ucapan, tetapi perjalanan panjang yang penuh latihan.
Mengasihi Allah terlihat jelas ketika kita belajar mengasihi sesama, terutama yang paling sering melukai dan dilukai: keluarga sendiri.
Mungkin kita belum siap menyelesaikan semua masalah hari ini, tetapi kita bisa mulai dengan satu langkah kecil yang taat.
Biarlah renungan ini menjadi pengingat bahwa Tuhan bekerja juga lewat hubungan yang sedang retak.
Saat kita mau melangkah dalam kasih, Ia berjalan bersama kita, memberi kekuatan dan hikmat.
Jika renungan ini menolong, silakan simpan untuk dibaca ulang ketika hati mulai mengeras.
Dan kirimkan juga kepada minimal satu orang yang hari ini sedang berjuang mengasihi saudaranya, supaya ia tahu bahwa ia tidak sendirian.
